Sebuah media hiburan alternatif untuk menciptakan kesenangan dalam batas maksimal, itulah pandangan sebagian besar orang awam, terlepas dari dinamik dan perbedaan esensial yang dimengerti oleh para gamer yang sudah lama berkecimpung di dunia ini.
Tak kenal maka tak sayang, ini mungkin menjadi ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kondisi yang satu ini. Keterbatasan pengetahuan dan rasa tidak tertarik untuk menjajalnya secara langsung membuat banyak salah kaprah lahir oleh mereka yang non-gamer.
Kita tidak hanya membicarakan isu-isu sensitif yang menyoroti efek negatif yang dianggap mampu dimunculkan oleh game, tetapi juga hal-hal sederhana yang mungkin mengitari sosok gamer itu sendiri. Kita seringkali dianggap aneh.
Game tidak hanya menjadi sumber energi positif, tetapi juga menjadi sebuah tantangan yang terus mendorong gamer untuk menundukkannya, apalagi jika ia berhasil menawarkan daya tarik unik yang cukup untuk memastikan perhatian Anda tidak teralihkan untuk waktu yang lama. Karena kecintaan dan dorongan inilah, perlahan namun pasti, gamer mengembangkan banyak tingkah laku dan kebiasaan yang mungkin terlihat aneh di mata orang awam. Kebiasaan yang hanya dapat dimengerti oleh mereka yang juga seorang gamer.
Kesamaan yang tercipta satu sama lain juga mulai menjadikannya sebagai sebuah bentuk identitas yang seolah tidak dipisahkan dari jati diri kita sebagai seorang gamer.
Jadi, dari semua kebiasaan yang seringkali ditunjukkan oleh gamer, apa saja 10 tingkah laku yang mungkin dianggap aneh oleh mereka yang awam? Semua tingkah laku ini tentu saja ditulis berdasarkan kacamata dan pengalaman pribadi kami juga sebagai seorang gamer.
10. “Makan enggak makan, yang penting nge-game?”
Fakta bahwa gamer tidak segan untuk mengetatkan ikat pinggang untuk sekedar nge-game dianggap sebagai sesuatu yang absurd.
9. “Menyerang kok pakai giliran?”
Dengan dasar pengetahuan bahwa semua game adalah game action atau platformer, konsep turn-based ala JRPG terlihat bodoh.
8. “Hari gini masih main game yang gambarnya jelek begitu?”
Fakta bahwa gamer tidak segan untuk memainkan game-game dengan visualisasi yang tidak menarik menjadi hal yang aneh di mata orang awam.
7. “Kenal juga enggak, kok loyal banget?”
Percaya, loyal, dan bertanggung jawab atas peran yang disandang di dalam guild menjadi sesuatu yang unik.
6. “Coba sekali-kali keluar rumah”
“Playing outside”
5. “Reaksinya jangan lebay donk kalau ada game baru!”
Antisipasi yang tinggi, apalagi jika menyangkut platform atau game-game terbaru dari franchise raksasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari identitas sebagai seorang gamer.
Bagi seorang gamer, tidak ada momen yang lebih menyenangkan selain menemukan fakta bahwa akan ada lebih banyak game berkualitas yang muncul dalam hitungan hari atau minggu ke depan. Jika game-game ini hadir dari franchise yang memang besar atau memang sudah diantisipasi untuk waktu yang sangat lama, berteriak girang dengan mood positif yang kuat tentu saja menjadi reaksi yang normal. Ini seperti menemukan kembali air setelah masa paceklik dan kering yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama. Namun bagi mereka yang awam, reaksi ini dilihat sebagai sesuatu yang berlebihan dan tidak masuk akal. Mencintai dan menanti kehadiran sebuah permainan digital dianggap absurd dibandingkan menantikan sesuatu yang lebih fisik.
4. “Gua dulu pernah main Mario di Playstation”
Ada urgensi untuk memberikan penjelasan tentang varian platform dan game-game eksklusif mereka kepada mereka yang non-gamer. Untuk apa? Supaya komentar “tidak masuk akal” yang menihilkan informasi ini tidak lagi terlontar di masa depan.
Bagi non-gamer, tidak ada platform yang berbeda, semua video game dilihat sebagai satu kesatuan yang sama. Bagi mereka, semua platform adalah Playstation saat ini dan platform yang lebih lawas adalah Nintendo, tidak ada yang lain. Oleh karena itu, tidak jarang jika Anda menemukan komentar aneh yang mungkin bertolak belakang dengan pengetahuan dan pengalaman yang selama ini kita kenal. “Gua dulu juga pernah main Mario di Playstation”, menjadi salah satu contohnya. Tidak heran jika gamer mengembangkan kebiasaan untuk memberikan koreksi setiap kali seperti ini mengemuka di perbincangan ringan. Usaha untuk membeberkan pengetahuan bahwa video game memiliki berbagai platform berbeda dengan game eksklusif mereka masing-masing seringkali ditanggapi dingin. Respon yang seringkali Anda dapatkan? “Ah..sama aja..”
3. “Itu kan cuman pedang digital, kok girang amat?”
Banyak orang awam yang tidak akan pernah memahami rasa puas dan pencapaian yang dihasilkan dari kerja keras dan dedikasi yang terbayarkan lewat item-item super langka yang didapatkan.
Sebagian besar game saat ini, apalagi RPG memang menjadikan perkembangan karkater sebagai salah satu daya tarik utama. Daripada sekedar memberikan karakter yang memang sudah kuat sejak awal permainan, Anda diminta untuk mengembangkan karakter lewat sistem leveling up, memperkuat mereka seiring dengan lebih banyak pengalaman yang didapatkan dan quest yang diselesaikan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika keterikatan emosional dengan tiap karakter ini membuat banyak gamer yang akan menyambut dengan senang hati sebagai item digital yang dapat digunakan untuk memperkuat mereka. Semakin langka, semakin tinggi pula rasa puas dan senang yang dimunculkan. Bagi para orang awam, sikap seperti ini tentu saja dilihat sebagai sesuatu yang aneh, apalagi mengingat waktu dan tenaga yang harus dicurahkan untuk mendapatkannya.
2. “Ngapain main game kalau malah jadi stress?”
Semua game diciptakan untuk kesenangan = salah satu prejudice non-gamer yang salah besar. Tidak mengherankan jika gamer yang justru stress, marah, dan frustrasi karena game dilihat sebagai sesuatu yang aneh.
Pandangan umum bahwa video game hanya dibangun untuk menghasilkan kesenangan semata memang dipandang dangkal oleh para gamer. Mereka yang awam seolah tidak mengerti bahwa setiap game dibangun dengan daya tarik yang berbeda-beda, termasuk tingkat kesulitan yang ada. Tidak sedikit game yang alih-alih menawarkan kesenangan, justru menghadirkan tantangan super sulit yang akan membuat gamer manapun frustrasi dan menyerah di tengah jalan. Namun fakta bahwa kita merasa stress, frustrasi, dan marah karena tidak mampu menyelesaikan satu bagian game ternyata dipandang aneh oleh mereka yang awam. Terbatasnya pengalaman dan pengetahuan soal game melahirkan pemikiran yang satu ini. Cara terbaik? Ajak mereka “menikmati” Dark Souls untuk jangka waktu tertentu.
1. “Ayo jalan, buruan! Save, terus matiin!”
Orang awam mengerti bahwa gamer sangat membutuhkan SAVE untuk menyimpan permainan. Yang mereka tidak tahu? Seberapa besar urgensi dan kerelaan kita untuk mengorbankan banyak hal hanya untuk memastikan progress permainan kita tersimpan dengan baik.
Berapa banyak dari Anda yang pernah mengalami kejadian ini, apalagi Anda yang sempat mencicipi game-game lawas di platform generasi sebelumnya? Sebagian non-gamer sangat mengerti bahwa Anda harus melakukan perintah SAVE untuk memastikan progress permainan Anda tercatat dan tidak hilang. Namun yang tidak pernah bisa mereka mengerti adalah fakta bahwa Anda membutuhkan SAVE POINT untuk melakukannya. Hasilnya? Ketika Anda terpentok jadwal yang dianggap penting,
mereka yang non-gamer tidak akan segan untuk memaksa Anda untuk menghentikan permainan di kala jalan sembari melemparkan kata magis “Save dulu aja!”. Ketika Anda berargumen bahwa Anda butuh mencari save point terlebih dahulu sebelum dapat melakukannya, Anda dicap sebagai pembohong dan hanya mengulur-ngulur waktu tanpa bisa memperhatikan prioritas. Kejadian yang sama juga ketika Anda memperlihatkan mood yang berantakan ketika utnuk alasan yang tidak jelas, save data Anda bermasalah atau hilang. Orang awam tidak akan pernah memahami betapa penting dan berharganya kata “SAVE” dan “SAVE DATA” untuk seorang gamer. Tidak ada hal dan jadwal yang lebih penting daripada sebuah SAVE POINT ketika tengah memainkan sebuah game.
Di atas adalah 10 kebiasaan gamer yang seringkali dilihat sebagai sesuatu yang aneh oleh mereka yang non-gamer. Kecintaan dan dedikasi kita untuk menyelesaikan setiap video game yang ada tidak hanya membuat mereka tampil sekedar sebuah permainan digital yang diciptakan untuk kesenangan. Video game menawarkan tantangan, kepuasan, sensasi pencapaian, dan interaksi sosial unik yang tidak bisa didapatkan di dunia nyata sekalipun. Oleh karena itu, butuh ekstra kerja keras bagi mereka yang awam untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi sebelum melemparkan prejudice tertentu untuk game tengah dimainkan atau tingkah laku “aneh” yang ditunjukkan oleh para gamer.
Lantas bagiamana dengan Anda sendiri? Kebiasaan gaming seperti apa yang Anda tunjukkan dan dianggap aneh, mengkhawatirkan, dan tidak masuk akal oleh lingkungan non-gamer di sekitar Anda? Jangan ragu untuk berbagi pengalaman yang Anda temukan. Feel free to comment and expand the list..