Ini pertanyaan yang mesti kita renungkan.
Kejujuran memang sangatlah diperlukan dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Suka atau tidak, sadar atau tidak kita sebagai manusia biasa pasti sering melakukan kesalahan, dalam konteks ini adalah kebohongan.
Tapi jangan salah, ada kalanya dimana seorang laki-laki diharuskan menentukan pilihan untuk bertindak jujur atau berbohong.
Jika kita mengambil keputusan untuk bertindak / berkata tidak jujur, kita mesti bisa melihat waktu atau timing yang tepat.
Ada sebagian orang berpendapat bahwa berbohong diperbolehkan hanya jika dalam keadaan kepepet, dan tentunya dengan dosa yang mesti ditanggung sebagai resikonya.
Seperti apakah kriteria dari kepepet itu sendiri..?? apa semua masalah dapat dikategorikan kepepet..??
Dalam hal ini kategori kepepet setiap orang tentunya berbeda-beda bukan.
Di bawah ini ada kisah sesorang yang berbohong pada waktu dan tempat yang tepat.
Seorang penjual minyak goreng keliling seperti biasa menjajakan dagangannya di tepian Sungai Citarum.
"Nyak nyak minyaaak..." ,teriaknya.
Di jalanan menurun tiba-tiba gerobaknya yang penuh dengan botol minyak tergelincir ke Sungai Citarum.
Plung ...lap... tenggelam lah gerobak kesayangan nya itu.
Huuu..huuu.. .menangislah dia... "Harus kuberi makan apa istriku nanti ...
huuu...."
Tiba-tiba... seorang Malaikat yang baik hati muncul & bertanya:
"Hai JUMANTO ...? kenapa gerangankah sehingga engkau menangis begituu....?
Ternyata, yang namanya JUMANTO ... tahu juga ya itu Malaikat, Oh Malaikat, gerobak minyak goreng saya tergelincir ke sungai.
Baiklah ... aku akan ambilkan untukmu.
Tiba-tiba Malaikat itu menghilang & muncul lagi dengan sebuah
kereta kencana dari emas, penuh dengan botol dari intan. Inikah punyamu?" Tanya Malaikat.... ?
Bukan, gerobakku tidak sebagus itu, mana mungkin penghasilan saya yang 200 ribu sebulan bisa beli kereta kencana...? Itu pun sudah ditambah komisi penjualan yang cuma sedikit.Malaikat itu pun menghilang lagi & muncul dengan sebuah kereta perak dengan botol dari perunggu.
Inikah punyamu?" tanyanya lagi?
Bukan, hai Malaikat yang baik, Punyaku cuma dari besi biasa, botolnya juga botol biasa,
Lalu Malaikat itu pergi lagi & kali ini kembali dengan gerobak & botol SI JUMANTO.
Inikah punyamu..?
Benar ya Malaikat. Terima kasih sekali engkau telah membantu yang lemah ini untuk mengambilkannya untukku.
Malaikat berkata : Engkau jujur sekali, ya JUMANTO. Untuk itu sebagai hadiah dari kejujuranmu aku berikan semua kereta dan botol tadi untukmu...." terima kasih ya Tuhan ... terima kasih ya Malaikat.
Sebulan kemudian, JUMANTO rafting bersama istrinya di sungai yang sama,
Naas tak dapat ditolak, malang tak bisa dihindari, Perahu karetnya terbalik & istrinya hanyut.
"Huuu, huuu, istriku, di mana engkau, ", isaknya,
Tiba-tiba Malaikat pun muncul lagi. Kenapa lagi engkau ya
JUMANTO..?
Istri saya hanyut & tenggelam di sungai, hai Malaikat.. Ohhh tenang ... aku ambilkan.... "
Plash, Malaikat itu menghilang & tiba-tiba muncul kembali sambil membawa
Nafa Urbach
"Inikah istrimu?" tanya Malaikat.
Betul,betul sekali ya Malaikat ... Dialah istriku!
Haaaaaaiiii JUMANTO.....!!! Malaikat membentak marah. Sejak kapan
kamu berani bohong...? Di manakah kejujuran kamu sekarang..?
Sambil bergetar dan berjongkok, JUMANTO berkata : Ya, Malaikat, kalau aku jujur, nanti engkau menghilang lagi dan membawa
Bella Saphira
kalau kubilang lagi bukan, maka engkau akan menghilang lagi dan membawa
Dorce
Lalu kalau kubilang bukan juga engkau menghilang lagi dan membawa istriku yang sebenarnya, Lalu.. engkau akan bilang bahwa aku jujur sekali & engkau akan memberikan ke empat-empatnya kepadaku.
Buat membiayai hidup isteriku aja aku kerepotan ya Malaikat, apalagi Nafa Urbah, Bella Saphira, Dorce, aduh berat ya Malaikat.
Sumber