Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah mengatakan Presiden Jokowi melakukan kesalahan fatal tidak mau menemui masyarakat dan para ulama yang ingin bertemu dalam aksi damai hari ini. Jokowi menurut Fahri nampaknya tidak paham bahwa aspirasi masyarakat itu penting.
“Masyarakat utamanya itu secara keseluruhan hanya menggugat dan menuntut penegakan hukum dan secara spesifik terkait dengan Ahok. Meninggalkan masyarakat dari berbagai elemen dan para ulama adalah kesalahan fatal Jokowi ,” ujar Fahri ketika dihubungi, Jumat (4/11).
Terlebih menurut Fahri alasan Jokowi meninggalkan para pendemo damai itu hanya untuk melihat proyek yang sebenarnya sangat bisa diwakilkan oleh menteri-menterinya. “Presiden mengabaikan demo terbesar dalam sejarah indonesia, hanya untuk melihat proyek yang bisa dilakukan menteri,” tambahnya.
Fahri sendiri takjub melihat jutaan pendemo yang melakukan aksi hari ini dengan damai. ”Ini kalau dihitung saja jumlah orang dari Istiqlal ke istana tidak putus dan menutup semua ruas jalan bisa mencapai sejuta orang. Belum lagi yang ada di bundaran HI,Bundaran Bank Indonesia,” imbuhnya.
Fahri sendiri merasa Jokowi tidak memiliki kepemimpinan dan tidak memiliki perasaan karena telah mengabaikan para pendemo yang datang dari seluruh daerah di Indonesia. Jokowi dinilainya juga tidak memiliki kepribadian timur karena tidak mau menerima tamu yang sudah hadir didepan pintu kediamannya.
”Para pendemo itu datang dari seluruh Indonesia, seperti Aceh, Padang, Medan, Jogjakarta, Solo, NTB, Makasar dan lain-lain menggunakan biaya sendiri untuk menyampaikan aspirasi mereka dan yang mereka tuntut itu memang kewajiban pemerintah menegakkan hukum, tapi tidak diacuhkan. Jelas Jokowi tidak punya leadership dan tidak punya perasaan,” ujar Fahri.
Penolakan Jokowi terhadap para peserta aksi diyakini Fahri akan berdampak pada Jokowi sendiri. Dia akan terima akibat dari sikapnya karena telah menganggap remeh sesuatu yang besar. ”Ini akan fatal akibatnya buat Jokowi sendiri,” tegasnya.
Jokowi dinilainya juga tidak memahami sejarah, hukum maupun konstitusi Indonesia. Semua langkah Jokowi ini diyakini Fahri menjadi pertanda keberadaannya sebagai presiden apakah kedepan dia masih tetap ada atau tidak. Dukungan pada Jokowi yang ditegaskan oleh Jokowi sendiri secara sukarela karena rakyat merasa Jokowi ada untuk mereka sehingga rakyat ada untuk dia, akan hilang karena kini ketika rakyat membutuhkannya, Jokowi pergi.
“Volunterianisme yang menjadikan Jokowi besar datang dari perasaan rakyat memiliki pemimpin yang akan ada untuk mereka, makanya mereka pun mau mendukung dan berkorban. Sekarang perasaan itu tak ada lagi dan hilang karena sikap Jokowi sendiri yang tidak ada bagi rakyat. Orang tidak akan lagi mau mendukungnya,” imbuhnya.
Terakhir Fahri mengatakan bahwa ketika jutaan orang sudah merasa mereka tidak punya pemimpin, karena pemimpinnya tidak ada dan tidak hadir buat mereka,maka tunggu saja nanti. ”Menjadi pemimpin itu panggilan jiwa,kalau tidak ada panggilan jiwanya begini jadinya,” tandasnya.