Dia dicopot oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari jabatannya sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Antasari juga harus mendekam di penjara karena divonis 18 tahun penjara. Hakim menganggap dialah otak di balik pembunuhan itu.
Semenjak tidak lagi bekerja dan disibukkan dengan kasus hukum, keluarga Antasari terpaksa menjual mobil dan berbagai perhiasan untuk bertahan hidup.
Cobaan itu dihadapi Antasari dengan santai. Dia mengaku, karena tak lagi mempunyai kendaraan, selepas bebas nanti, dia ingin pulang ke rumah menggunakan angkot.
"Sekarang nggak punya mobil. Sudah dijual. Gampanglah (setelah bebas), nanti saya naik angkot," kata Antasari dalam wawancara dalam program Aiman di Kompas TV yang tayang pada Sabtu (16/1/16).
Antasari rupanya juga sudah mulai menyurvei angkot yang harus dinaikinya nanti ketika bebas. "Ada itu angkot jurusan BSD," seloroh mantan Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan itu.
Berutang kepada keluarga
Selama menjalani tugasnya sebagai jaksa hingga pimpinan KPK, Antasari mengaku selalu menomorduakan keluarga.
Dia mengungkapkan, pekerjaan yang menumpuk membuat dirinya harus rela meluangkan waktu lebih untuk bekerja daripada berkumpul bersama istri dan anak-anak tercinta.
Saat tersandera kasus pembunuhan pengusaha Nasrudin Zulkarnaen, Antasari baru menyadari, hanya keluarga yang selalu setia mendampinginya.
Selama mendekam di penjara, kenang Antasari, praktis keluarganya tak memiliki pemasukan apa pun.
"Saya 32 tahun penegak hukum, tidak pernah berbisnis. Jadi, pemasukan saya betul-betul profesional, hanya mengharapkan gaji. Oleh karena itu, saat saya ada di dalam dan di luar, tentu keluarga langsung merasakan bedanya," papar Antasari.
Pria kelahiran Pangkal Pinang, 18 Maret 1953, ini merasa tak enak hati tatkala istrinya datang berkunjung.
Satu per satu perhiasan tak tampak lagi dikenakan.
"Saya salut dengan istri saya. Sia bisa manage keuangan rumah tangga, sedimikian rupa. Penghasilan saya di KPK Rp 62 juta per bulan, masuk ke rekening, oleh istri saya dipisahkan dengan rekening pribadinya. Dari situ dia manage untuk keluarga," imbuh Antasari.
Dua putrinya, dia melanjutkan, juga melakukan hal yang sama. Putri sulungnya yang menempuh pendidikan dokter langsung banting setir mencari pekerjaan lain.
Sementara itu, anaknya yang kedua, yang awalnya bercita-cita bekerja di Bapepam, kini juga sudah bekerja di tempat lain. Tak ada keluh kesah dari keluarga akan kodisi Antasari.
Maka dari itu, apabila bebas nanti, ada dua hal yang akan dilakukan Antasari, yakni meluangkan waktu bersama keluarga dan mengganti semua barang yang telah dikorbankan keluarga untuk bertahan hidup.
"Selama ini saya telah membuang waktu saya untuk kantor dan untuk negara. Saya ingin mengganti apa yang sudah istri saya keluarkan," sesal Antasari.
Jangan ganggu lagi
Lebih lanjut, Antasari juga menyatakan tidak berniat kembali terjun ke dalam pergerakan anti-korupsi setelah bebas bersyarat pada November 2016.
Dia mengungkapkan, risiko mendapatkan jabatan telah diterimanya saat ini. Bahkan, ia menganggap risiko itu sangat berlebihan karena dia bukanlah pelaku pembunuhan itu.
Pihak keluarga, menurut Antasari, memintanya untuk tidak lagi memangku jabatan apa pun.
"Saya tidak kapok, tetapi demi menjaga perasaan keluarga, sebaiknya saya berhenti dan ngemong cucu," kata dia.
Antasari pun berharap agar wawancaranya ini tidak dipolitisasi siapa pun. Meski menyatakan kasusnya penuh rekayasa, Antasari mengaku tidak akan membalas dendam kepada siapa pun.
Hal ini disampaikan Antasari karena dia khawatir, pembebasan bersyarat yang seharusnya dilakukan pada November 2016 menjadi terkendala oleh orang-orang yang merasa terancam.
"Orang gundah, wah bahaya nih Antasri kalau bebas nanti, dia kan cerita tentang kasus-kasus. Saya ndak. Yang sudah, sudah.... Saya ingin tatap ke depan dengan istri, anak, dan cucu. Jangan ganggu saya, jangan ganggu lagi!" tutup Antasari Azhar.