Seorang remaja yang sangat miskin bekerja sebagai penjual buku keliling dari pintu ke pintu. Dia melakukan hal itu agar bisa meneruskan sekolah karena keluarganya tidak lagi mampu membiayai. Sebenarnya bisa saja dia bekerja saja dan melupakan mimpinya untuk terus bersekolah, namun anak ini yakin, dia akan mencapai sesuatu yang lebih besar dengan sekolah.
Suatu hari, dia sangat lapar dan hanya mempunyai sedikit uang yang tentu saja tidak cukup untuk sebuah makanan. Maka dia pun memutuskan untuk meminta makan di rumah berikutnya yang akan dia datangi. Namun nyalinya hilang saat pintu terbuka dan yang menyambutnya adalah seorang wanita muda yang sangat cantik dan baik hati. Oleh karena terlalu gugup, dia hanya meminta segelas air.
Wanita itu tahu bahwa dia lapar, dan membawakannya segelas besar susu. Remaja itu meminumnya perlahan, mengenalkan namanya dan mereka terlibat dalam pembicaraan singkat yang hangat. Sejenak ketika usai menghabiskan susunya, remaja itu bertanya dengan sopan, “berapa aku harus membayar susu itu?”. Wanita muda itu menjawab dia tidak perlu membayar apa-apa. Ibunya mengajarkan untuk jangan menarik bayaran atas perbuatan baik. Maka anak itu pun mengucapkan terima kasih dengan tulus dan undur diri.
Dalam perjalanan pulang, tidak hanya badannya yang terasa segar kembali, namun remaja ini mendapatkan kekuatan dan keyakinan baru akan kebaikan dari Allah dan dari sesamanya. Keyakinannya untuk membangun hidup dalam kebajikan semakin kuat, dan dia pun semakin semangat untuk bersekolah.
Beberapa tahun kemudian, si wanita muda jatuh sakit karena suatu sebab yang tidak jelas. Rumah sakit setempat mendiagnosa dia terkena penyakit yang sangat langka, lalu mengirimnya ke rumah sakit di kota besar. Seorang dokter spesialis dipanggil untuk menyelidikinya dan menentukan langkah terbaik untuk mengobati penyakit itu.
Ketika sang dokter mendengar kota asal wanita itu, matanya berbinar dan sepintas kenangan melintasi pikirannya. Segera dia mengunjungi pasien itu di kamarnya dan langsung mengenali wanita yang telah memberinya segelas susu di masa lampau. Segera dokter ini melakukan konsultasi dengan para ahli dan mengambil alih penanganan medis untuk wanita itu.
Setelah pengobatan yang tidak sebentar, akhirnya dokter itu berhasil menyembuhkan sang wanita. Segera setelah semuanya selesai dan hari kepulangan wanita itu telah ditentukan, dokter segera menghubungi pihak rumah sakit. Dia meminta tagihan pengobatan wanita itu seluruhnya dibebankan padanya. PIhak rumah sakit menyetujui dan segera tagihan tersebut lunas.
Ketika bukti pembayaran diantar ke wanita tersebut, dengan cemas dia membuka amplop karena tahu bahwa dia tidak akan sanggup membayar semua pengobatan medis yang mahal itu. Namun yang dia temukan adalah tanda lunas, dan ada secarik kertas di sana yang bertuliskan “Sudah terbayar lunas dengan segelas susu”, dan tertera sebuah nama yang samar-samar diingatnya sebagai remaja yang ditolongnya dulu.