Pedang Damascus ini merupakan pedang yang paling tajam di dunia, bahkan lebih tajam daripada Katana Jepang maupun Keris Indonesia. Selain kuat, ternyata baja Damascus juga sangat lentur sehingga betul-betul sempurna untuk dijadikan pedang atau pisau. Pedang ini mampu membelah sutera yang dijatuhkan ke atasnya, juga mampu membelah pedang lain atau batu tanpa mengalami kerusakan sama sekali.
Sebuah penelitian mikroskopik menemukan bahwa pedang-pedang ini ternyata memiliki semacam lapisan kaca dipermukaannya. Bisa dikatakan para ilmuwan muslim di timur tengah telah mencapai teknologi Nano sejak seribu tahun yang lalu. Beberapa ahli metalurgi modern mengaku berhasil membuat baja yang sangat mirip dengan baja Damascus, tapi tetap saja belum berhasil untuk meniru 100 persen.
Teknik pembuatan Pedang Damascus termasuk salah satu pengetahuan Islam yang hilang. Pedang, tombak dan Pisau Damascus yang tersisa kini tersebar di berbagai Museum di seluruh dunia.
Bicara soal pedang, Apakah karakter yang dibutuhkan oleh sebuah pedang? Pedang harus punya dua karakter utama pertama adalah tajam, dan kedua adalah tangguh. Tajam tentunya cukup jelas yaitu harus dapat memotong sasaran menjadi bagian yang sempurna. Sedang tangguh adalah kemampuan untuk menyerap energi sebesar mungkin tanpa harus patah.
Tangguh lawannya adalah getas atau brittle (mudah patah/pecah). Tangguh ini adalah mirip seperti sifat palu yang digunakan untuk membelah batu. Tidak seperti sifat bodi kendaraan balap F1 yang ketika tabrakan hancur berkeping-keping. Tentunya, adalah sangat menghawatirkan, kalau misalnya pedang harus patah di tengah medan perang ketika melawan pedang musuh.
Masalahnya kemudian adalah karakter tajam dan tangguh adalah dua karakter yang saling berkebalikan. Tajam cenderung getas, sedang tangguh cenderung tidak tajam. Atau dengan kata lain ketika seorang menaikkan ketajaman (catatan: tajam hampir sama dengan keras), ketangguhan cenderung turun, begitupun sebaliknya. Sehingga tantanganya adalah mengkombinasikan dua karakter itu menjadi satu seutuhnya; tangguh sekaligus tajam.
Untuk mendapatkan sifat itu pembuat pedang (empu/smith) sering menggunakan teknik tempa dengan menggabungkan dua baja yang mempunya sifat tangguh dan sifat tajam/keras. Caranya dengan menaruh baja keras di bagian luar (sisi tajam) dan baja tangguh pada bagian dalam pedang kemudian menempanya berulang kali. Sehingga dua baja dengan karakter beda itu menjadi satu dalam pedang. Cara ini sering juga disebut dengan pattern welding. Katana dari Jepang dan juga Keris dari Indonesia dibuat dengan metode ini.
Akan tetapi tidak dengan pedang damaskus. Itulah yang kemudian mejadikannya lebih unik, karena hingga saat ini metode exact pembuatan pedang ini more or less masih misterius. Meskipun ada beberapa ahli yang mengklaim telah berhasil membuat pedang tiruannya, namun ada juga beberapa ahli yang masih meragukannya.
Itu karena, berdasarkan hasil observasi dengan alat yang modern dan canggih, jika dilihat jauh lebih dalam lagi pada struktur pedang damaskus terdapat sesuatu struktur yang canggih yaitu struktur carbon nanotube (ditemukan baru pada tahun 1991). Ahli diatas, yang mengklaim telah berhasil membuat pedang damaskus tiruan belum membuktikan bahwa dalam struktur lebih dalam ia juga menemukan struktur yang sama, carbon nanotubes tadi.
Sumber